RASKIN JELEK, WARGA ENGGAN BELI

Buruknya kualitas beras untuk warga miskin (raskin) di Kabupaten Garut, kembali dikeluhkan sejumlah kepala desa. Selain menyayangkan kualitas, seperti yang sudah-sudah, tonase juga menjadi hal yang dipertanyakan akibat sering terjadinya penyusutan.

Seperti yang terjadi di Desa Jatisari, Kecamatan Cisompet, misalnya. Akibat kualitas raskin yang jelek, sebagian besar warga penerima raskin di daerah tersebut jadi enggan membelinya. Selain kondisi butiran beras yang pecah-pecah (hancur), warna beras juga sudah agak kekuning-kuningan. Hal ini mengakibatkan sebagian warga enggan mengkonsumsinya sehingga enggan membelinya.

Kepala Desa Jatisari, Asep Yunansyah mengatakan, kualitas raskin yang jelek tersebut yaitu raskin yang berasal dari jatah bulan September lalu.  Asep mengaku dirinya merasa heran dengan kondisi ini.

“Saya heran, raskin yang jatah September itu kok kualitasnya jelek, tidak seperti yang sebelum-sebelumnya. Akibatnya, sebagian wargapun yang biasanya antusias memebeli raskin, jadi enggan mengonsumsinya,” ujar Asep, Selasa (21/10).

Selain mengeluhkan kualitas raskin yang jelek, Asep juga menyesalkan selalu susutnya tonase raskin yang selama ini diterimanya. Dari jatah yang diterimanya, dalam setiap pengiriman hampir dapat dipastikan ada beberapa karung yang timbangannya tidak sesuai.

Menurut Asep, dalam setiap karungnya seharusnya berisi 15 kg beras, namun pada kenyataannya rata-rata mengalami penyusutan hingga 1 kg.

“Kalau bicara tentang penyusutan, sebenarnya kami sudah bosan. Karena hal itu bukan hanya terjadi saat ini saja tapi sudah sejak lama. Kami pun sudah sering menyampaikan keluhan ini pada pihak Dolog, namun entah kenapa penyusutan tonase raskin masih saja sering terjadi,” sesalnya.

Kepala Gudang Dolog Garut, Agus Suwandi menyebutkan, penyebab terjadinya kerusakan beras bisa diakibatkan lamanya penyimpanan di gudang Dolog.

Menurutnya kalau dari pengadaan, sebenarnya kualitas raskin sudah teruji.

“Memang tak menutup kemungkinan bisa terjadi kerusakan beras yang menyebabkan turunnya kualitas. Hal ini bisa terjadi akibat terjadinya penyimpanan yang lama,” ujar Agus yang baru satu bulan ini bertugas di Garut.

Nemun begitu, untuk mengatasi terjadinya kerusakan beras raskin, Agus berjanji pihaknya akan lebih selektif dalam hal pengadaan raskin.

Mengenai keluhan tentang sering terjadinya penyusutan tonase, Agus tak bisa memberikan penjelasan lebih jauh. Hanya saja menurutnya, dari gudangnya sendiri tidak mungkin terjadi kekurangan timbangan karena sebelum dilakukan pendistribusian ke desa-desa, terlebih dahulu dilakukan penimbangan ulang.

sumber: Kemal SP, Tribun Jabar,
sejak dipublikasi 22/10/2008,

Tinggalkan komentar